Rabu, 24 Agustus 2016

biblioterapi

1.      Biblioterapi
a.      Pengertian Biblioterapi
       Istilah bibliotherapy  berasal dari bahasa Yunani, yaitu biblus berarti buku, dan therapy yaitu upaya bantuan psikologis, oleh karena itu bibliotherapy dapat didefinisikan sebagai penggunaan buku-buku untuk membantu memecahkan masalah. Menurut Eva Imania Eliasa (dalam Bibliotherapy As A Method of Meaningful Treatment. ISSN 114 434–438) Bibliotherapy merupakan sebuah terapi ekspresif yang didalamnya terdapat hubungan individu dengan isi atau intisari buku, puisi dan tulisan lain sebagai sebuah terapi.
Menurut Pardeck (dalam Apriliawati, 2011 Potensi Bibliotherapy dalam mengurangi kecemasan akibat hospitallisasi pada anak usia sekolah. ISSN 2338-4700) “Bibliotherapy adalah penatalaksanaan kesehatan mental dengan menggunakan buku untuk membantu meningkatkan koping anak terhadap perubahan, masalah emosional dan mental”. Dalam biblioterapi interaktif, fasilitator yang terlatih menggunakan diskusi terarah untuk membantu klien mengintegrasikan respons kognitif dan perasaan terhadap literatur yang telah diseleksi.
Bibliotherapy sering disebut juga terapi membaca, yang didalam prosesnya seseorang yang mengalami masalah diminta membaca buku-buku yang bersifat membantu dirinya dan memotivasi agar mempercepat penyembuhan. Membaca mengenai kesulitan orang lain yang sama dengan mereka, dapat memberikan kesadaran dan pemahaman terhadap masalah yang dihadapinya.
Menurut Shechtman (dalam Eliasa,2007: 4) menekankan bahwa “Bibliotherapyentails the use of literature for therapeutic purposes and it includes listening to storiesand poems, watching films, and looking at pictures. It is a playful, engaging, and fun process.” Shechtman mengkombinasikan kegiatan mendengarkan cerita, membaca puisi,menonton film dan gambar dilakukan didalam rangkaian bibliotherapy, sehingga aktivitasberjalan menarik dan menyenangkan.
Terapi pustaka ini mencakup tugas membaca terhadap bahan bacaan yang terseleksi, terencana, dan terarah sebagai suatu prosedur treatment atau tindakan dengan tujuan penyembuhan karena diyakini bahwa pembaca dapat mempengaruhi sikap, perasaan, dan perilaku individu sesuai dengan yang diharapkan. Penggunaan terapi pustaka sebagai salah satu alternatif terapi dalam menangani berbagai permasalahan pada remaja yang perlu dipertimbangkan. Hal ini disebabkan karena bibliotherapy dapat merangsang remaja untuk berfikir, mudah, murah, dan dapat dilakukan kapan saja serta melibatkan kemandirian dan partisipasi remaja sendiri secara penuh sehingga efektivitas hasilnya cukup baik (Eliasa. Bibliotherapy As A Method of Meaningful Treatment. ISSN 114 434–4382007).
Dari pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa biblioterapi adalah terapi penyembuhan yang menggunakan media bahan bacaan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh pasien yang bermasalah dan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh pasien tersebut.
b.      Faktor- faktor yang mempeharuhi keberhasilan Biblioterapi
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam tehnik biblioterapi diantaranya: 1. Usia klien, 2. Jenis kelamin, 3. Tingkat pendidikan, 4. Intelegensi, 5. Status sosial ekonomi, 6. Budaya. (http://zainaltati.blogspot.co.id/2013/01/bk-faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html) di akses pada tanggal 16 Februari 2016 pukul 21.34 WITA.  
1.      Usia klein
Klien berusia dewasa dimungkinkan lebih sulit dilakukan modifikasi persepsi dan tingkah lakunya dibandingkan dengan klien berusia belasan tahun, karena berhubungan dengan fleksibelitas kepribadiannya.
2.      Jenis  kelamin
Jenis kelamin terutama berkaitan dengan perilaku model, faktor modeling sangat penting dalam upaya pembentukan tingkah laku baru.
3.      Tingkat pendidikan
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandangnya terhadap diri dan lingkungan, sehingga akan berbeda cara menyikapi proses berlangsungnya konseling pada klien yang berpendidikan tinggi dengan yang pendidikan rendah.
4.      Intelegensi
Intelegensi pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri dan cara pengambilan keputusan. Klien yang berintelegensi tinggi akan banyak berpartisipasi, lebih cepat, dan tepat dalam membuat suatu keputusan.
5.      Status sosial ekonom
Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah laku. Individu yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi yang baik akan mempunyai sikap dan pandangan yang positif tentang masa depannya dibandingkan keluarga yang statu ekonominya rendah.
6.      Sosial budaya
Yang termasuk dalam sosial budaya adalah pandangan keagamaan dan kelompok etnis.
c.       Aspek intervensi dalam tehnik Biblioterapi
Menurut Purwanto (2015 : 6) intervensi biblioterapi dapat dikelompokkan dalam empat aspek, yaitu: (1. aspek intelektual, 2. aspek sosial, 3. aspek perilaku individu, 4. aspek emosional).

1.      Aspek intelektual
      Pada aspek intelektual individu memperoleh pengetahuan tentang perilaku yang dapat memecahkan masalah, membantu pengertian diri, serta mendapatkan wawasan intelektual. Selanjutnya, individu dapat menyadari ada banyak pilihan dalam menangai masalah.
2.      Aspek sosial
Di tingkat sosial, individu dapat mengasah kepekaan sosialnya. Ia dapat melampaui bingkai referensinya sendiri melalui imajinasi orang lain. Teknik ini dapat menguatkan pola-pola sosial, budaya, menyerap nilai kemanusiaan dan saling memiliki.
3.      Aspek perilaku individu
Perilaku individu akan mendapatkan kepercayaan diri untuk membicarakan masalah-masalah yang sulit didiskusikan akibat perasaan takut, malu, dan bersalah. Lewat membaca, individu didorong untuk diskusi tanpa rasa malu akibat rahasia pribadinya terbongkar.
4.      Aspek emosional
Pada tingkat emosional, individu dapat terbawa perasaannya dan mengembangkan kesadaran menyangkut wawasan emosional. Teknik ini dapat menyediakan solusi-solusi terbaik dari rujukan masalah sejenis yang telah dialami orang lain sehingga merangsang kemauan yang kuat pada individu untuk memecahkan masalahnya.
d.      Ciri-ciri tehnik biblioterapi
Adapaun menurut Eliasa (2007 : 5 ) ciri-ciri tehnik biblioterapi adalah sebagai berikut, di antaranya:
1. Menggunakan bahan bacaan berupa buku-buku untuk membantu memecahkan masalah. 2.  Menekankan perkembangan pertumbuhan pengembangan diri. 3.  Bisa dilakukan oleh lebih dari satu orang. 4.  Dapat dilakukan dalam bentuk kelompok. 5. Bahan bacaan terseleksi, terencana, dan terarah. 6. Mempengaruhi sikap, perasaaan, dan perilaku. 7. Merangsang remaja untuk berfikir, mudah, murah, dan  dapat dilakukan kapan saja serta melibatkan kemandirian dan partisipasi remaja sendiri secara penuh.

e.       Tahapan-tahapan dalam Biblioterapi
Menurut Purwanto (2015 : 9) Pelaksanaan Biblioterapi Terdiri dari 4 Tahapan, Yaitu: 1. tahap Recognition, 2. tahap Examination, 3. tahap Juxtaposition, 4. tahap Application to self.
1.      Tahap Recognition
Pada tahan ini peserta diberikan materi atau literatur yang memiliki hubungan keterikatan dengan peserta. Misalnya materi yang memunculkan ketertarikan individu, membuka imajinasi, menghentikan pikiran bertanya-tanya atau menarik perhatian. Ada beberapa macam respon dalam tahap ini. Ada yang terjadi secara langsung, namun ada juga yang membutuhkan waktu. Ada tiga respon penting dalam tahap ini yaitu, unacknowledged feelings, recognizing patterns of response, dan katarais.

2.         Tahap Examination
Dalam biblioterapi membaca tidak hanya sekedar membaca tetapi harus disertai dengan eksplorasi terhadap pikiran dan perasaan yang dimiliki. Dengan bertanya pada diri sendiri what, when, why, how, how many, how much, who, dan lain-lain.
3.         Tahap Juxtaposition (Perbandingan)
Pada tahap ini peserta mendapat gambaran baru tentang pengalamannya. Pada tahan ini literatur sangat membantu untuk membuka wawasan bahwa ada yang salah atau kurang tepat selama ini. Pada tahap ini individu menempatkan diri pada situasi yang sama dengan yang dihadapi  tokoh dalam bacaan, atau biasanya individu membandingkan diri mereka dengan tokoh atau peristiwa dalam bacaan.
4.         Tahap Application to self
Partisipan menyelesaikan proses dengan melakukan evaluasi dan intergrasi. Partisipan mulai menyadari tentang dirinya sendiri, mereka dapat melihat bagaimana sikap dan prilaku dalam sudut pandang yang baru. Jika pengalaman teraupetik menjadi sempurna, maka harus ada kesadaran berfikir dan membuat komitmen pribadi untuk menggunakan sikap yang baru sebagai poin petunjuk untuk berespon atau beraksi.
Menurut Nabila Chairani (dalam jurnal Potensi Bibliotherapy dalam mengurangi kecemasan akibat hospitallisasi pada anak usia sekolah. ISSN 2338-4700) Bibliotherapy terdiri dari tiga tahapan yaitu: 1. identifikasi, 2. katartis, 3. wawasan mendalam (insight). Penjelasan dari masing-masing tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Identifikasi
Anak mengidentifikasi dirinya dengan karakter dan peristiwa yang ada dalam buku, baik yang bersifat nyata maupun fiktif. Bila bahan bacaan yang disarankan tepat, maka klien akan mendapatkan karakter yang mirip atau mengalami peristiwa yang sama dengan dirinya. Digunakan buku yang sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak dan mirip dengan situasi yang dialami anak.
2.        Katartis
Pertama-tama pembaca mengikuti tantangan atau masalah karakter, dan kemudian membaca bagaimana situasi ini diselesaikan. Setelah situasi teratasi, pengalaman rasa lega terjadi. Anak menjadi terlibat secara emosional dalam kisah dan menyalurkan emosi yang terpendam dalam dirinya (melalui diskusi atau karya seni). Selain itu, pembaca juga dapat mengidentifikasi dirinya dengan emosi karakter. Akibatnya, para pembaca menunjukkan emosi mereka dalam tahap ini. Selain diikuti dengan diskusi, memungkinkan bagi anak yang sulit mengungkapkan perasaannya secara verbal menggunakan cara lain yaitu melalui tulisan, mewarnai, menggambar, drama dengan menggunakan boneka atau bermain peran.
3.        Wawasan mendalam (insight)
Anak menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi bisa diselesaikan. Permasalahan anak mungkin saja ditemukan dalam karakter tokoh dalam buku sehingga dalam menyelesaikan masalah dengan mempertimbangkan langkah-langkah yang ada dalam cerita. Aplikasi bibliotherapy dilakukan dengan cara: 1. Mengidentifikasi kebutuhan anak yang dilakukan melalui pengamatan, 2. Menyesuaikan kebutuhan anak dengan bahan bacaan yang tepat, 3. Memutuskan susunan waktu, sesi, serta bagaiman sesi diperkenalkan pada anak, 4. Merancang aktivitas tindak lanjut setelah membaca seperti diskusi, menulis, menggambar atau drama, 5. Memberi jeda waktu beberapa menit agar anak dapat merefleksikan materi bacaannya, 6. Mendampingi anak mengakhiri terapi melalui diskusi dan menyusun daftar jalan keluar yang mungkin atau aktivitas lainnya.

Dari kedua pendapat diatas peneliti dapat menarika kesimpulan bahwa ada tahapan-tahapan dalam melaksanakan tehnik biblioterapi. Apabila tahapan tahapan ini dapat dierapkan dengan baik maka akan mempermudah bagi konselor dalam melakukan tehnik biblioterapi ini. Dengan melihat situasi dan kondisi siswa konselor dapat juga mengkolaborasikan tahapan-tahapan dari kedua pendapat para ahli diatas sehingga tercipta proses konseling yang baik. 

1 komentar:

  1. mau tanya dong kalo sumbernya semuanya kira"dari mana yah? terutama untuk tahapan-tahapan dalam biblioterapi

    BalasHapus